FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESERASIAN PASANGAN
a. Konsep pasangan ideal.
Pada saat memilih pasangan, baik
pria maupun wanita sampai pada waktutertentu dibimbing oleh konsep pasangan
ideal yang dibentuk selama masadewasa.Semakin seseorang terlatih menyesuaikan
diri terhadap realitas makasemakin sulit penyesuaian yang dilakukan terhadap
pasangan.
b. Pemenuhan kebutuhan
Apabila penyesuaian yang baik
dilakukan, pasangan harus memenuhikebutuhan yang berasal dari pengalaman awal.
Apabila diperlukanpengenalan, pertimbangan prestasi dan status sosial sosial
agar bahagia,pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
c. Kesamaan latar belakang
Semakin sama latar belakang suami
dan istri maka semakin mudah untuksaling menyesuaikan diri. Bagaimanapun juga
apabila latar belakang mereka sama, setiap orang dewasa mencari pandang unik
tentang kehidupan. Semakinberbeda pandangan hidup ini, maka semakin sulit
penyesuaian diri dilakukan.
d. Minat dan kepentingan bersama
Kepentingan yang sama mengenai
suatu hal yang dapat dilakukan pasangancenderung membawa penyesuaian yang baik
daripada kepentingan bersamayang sulit dilakukan dan dibagi bersama.
e. Keserupaan nilai
Pasangan yang menyesuaikan diri
dengan baik mempunyai nilai yang lebihserupa daripada mereka yang penyesuaian
dirinya buruk.
f. Konsep peran
Setiap lawan pasangan mempunya
konsep yang pasti mengenai bagaimanaseharusnya peranan seorang suami dan istri,
atau setiap individumengharapkan pasangannya memainkan perannya. Jika harapan
terhadapperan tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian
yang buruk.
g. Perubahan dalam pola hidup
Penyesuaian terhadap pasangannya
berarti mengorganisasikan pola kehidupan,merubah persahabatan dan
kegiatan-kegiatan sosial, serta merubah persyaratanpekerjaan, terutama bagi
seorang istri. Penyesuaian-penyesuaian ini seringkali
- Persiapan ruhiyyah
Yaitu menyadari bahwa menikah itu adalah ibadah. Maka perlu mulai meningkatkan kesadaran yang tadi itu, kesadaran akan ketundukan kepada semua peraturan Allah. Terutama yang menyangkut adab-adab berkeluarga. - Persiapan fikriyyah
Yaitu menyiapkan ilmu tentang pernikahan, sebagai bekal kita sangat penting, ilmu tentang pergaulan suami-isteri, ilmu tentang mendidik ana, hak dan kewajian dalam keluarga, sampai masalah yang sangat pribadi, seperti hubungan seksual.
Banyak orang yang memiliki masalah dalam keluarga ketika bekal fikriyyah ini tidak cukup memadai, terutama dalam hal “kehangatan” suami isteri. - Persiapan psikologis.
Siap berbagi kepada orang “asing”, terutama yang biasa hidup mandiri..ini sulit. Siap menghadapi perbedaan-perbedaan antara suami-isteri. Lamanya berpacaran tidak bisa dijadikan indikator kita sudah mengenal calon pasangan, yang penting adalah kedewasaan masing-masing pribadi untuk menerima perbedaan ini. Ingat, yang penting “kedewasaan”. - Persiapan fisik Terutama untuk melahirkan dan merawat anak-anak. Pengalaman dari orang-orang yang sudah melahirkan anak, apa lagi yang sudah lebih dari satu, kondisi badannya tidak lagi bisa sekuat dahulu seperti sebelum menikah. Oleh karena itu, sebelum menikah perlu disiapkan kondisi fisiknya agar tidak terlalu lemah setelah melahirkan nanti.
- Persiapan Ekonomi terutaama untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam kehidupa sehari – hari. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Orang tua sudah mulai lepas tanggug jawab kepada anak setelah melakukan pernikahan. Keluarga tidak hanya dengan cinta, tanpa ekonomio yang baik, keluarga tidak akan bahagia.
No comments:
Post a Comment